Rabu, 13 Oktober 2010

Uban Adalah Salah Satu Tanda Peringatan dari Allah

Assalamu’alaikum..

Apa kabar sahabat pena? Semoga selalu ada rangkaian kata untuk berbagi cerita. Cerita apa saja yang bisa dijadikan pelita. Dengan cerita.. hidup tak akan kehilangan maknanya.

Semua kita pasti tak akan pernah kehabisan kata untuk mengungkapkan rasa tentang seseorang yang begitu berjasa dalam hidup kita. Berbagai cerita dengan segala versinya selalu tergambar betapa perngorbanan yang begitu luar biasa. Dengan segenap kemampuanya ia curahkan kasih sayang, cinta, belaian lembut kedua tangan demi kebahagian buah cintanya.

Siapa dia? Yup! Dialah ibunda tercinta. Temen-temen semua pasti punya kenangan tersendiri terhadapnya. Betapa dengan penuh kerelaan dia bersusah payah mengandung sembilan bulan lamanya, melahirkan dan menyusuinya dua tahun dia mencukupkannya.

Dia jadikan malam sebagaimana siangnya, sedikit tidur karena melayani teman barunya. Seakan-akan dia lupa untuk merawat diri sendiri.
Oh ibu, betapa aku rindu akan saat-saat itu. Ketika belaianmu tak lagi kurasa karena jauhnya diriku dan dirimu. Batapa bahagianya engkau saat kepulanganku ke kampung waktu itu.

Saat sebelum kepulanganku, kau siapkan tempat, kau bersihkan rumah, kau ungkapkan rencana-rencana yang membuat adik kecilku iri karena hal itu. “Apa-apa mas Deb, semuanya nanti kalau mas Deb pulang,” begitu gerutu adikku.
“Sabar.., mas mu kan di sana jarang menikamati masakan seperti ini. Paling sekali, itu pun kalau sempat pulang ke sini. Dia jauh-jauh nyari duit juga buat bantu kita”, kata ibu menasehati.

Aku jadi terharu sendiri mendengar cerita itu dari ibu. Betapa ibu sangat mengutamakanku. Hanya syukur yang bisa aku lakukan atas semua itu.

Aku ingat betapa bahagianya ia di seberang sana ketika mendengar suaraku meski hanya lewat telepon genggam. “tenang rasanya kalau ibu mendengar suaramu” kata beliau waktu itu. Kurasakan getar-getar kasih sayangnya, kerinduannya kepada anak yang belum bisa membuatnya bangga. “tenang rasanya kalau ibu sudah mendengar suaramu” kata beliau waktu itu. Tak terasa air mata meleleh di sela-sela cerita.

Dalam benakku aku selalu berpikir, semoga suatu saat aku bisa menjaga dan mengasihi di saat-saat senjamu. Mudah-mudahan aku bisa kembali mengabdi sebagai mana dulu engkau melayani, meski semua itu tidak bisa membalas segala budi yang ia beri.

Terakhir teman, waktu kepulanganku ketika kami di sawah dan istirahat sejenak untuk melepas lelah aku melihat ibu sedang merapikan rambutnya yang makin banyak uban di sana-sini. Dulu ketika belum sebanyak ini, beliau sering mencabutinya. Namun sekarang tidak lagi. Satu hal yang selalu ingat sampai sekarang, beliau sempat berkata, “Uban adalah salah satu tanda peringatan dari Allah, betapa manusia akan kembali kepada-Nya.”

Ya, itulah yang masih aku ingat sampai sekarang. Sungguh Allah Maha Pengasih dan Penyayang kepada hamba-Nya. Dia tidak membiarkan sang hamba kembali kepada-Nya tanpa persiapan. Allah kasih tanda-tanda ketuanya. Rambut yang mulai memutih, kulit yang makin keriput, penglihatan serta pendengaran yang mulai berkurang, semua merupakan tanda. Semoga kita selalu waspada akan tanda-tanda kematian yang datang kapan saja.

Tak banyak kesan… semoga tidak cepat bosan..

^^BERAWAL DARI KATA SEMOGA MENJELMA MENJADI KARYA^^

Wassalamu’alaikum..


Oleh: Ibnu Abdul Rochman.


http://www.facebook.com/group.php?gid=192075696661

Tidak ada komentar:

Posting Komentar