Kamis, 30 September 2010

Betapa Mudahnya Perempuan Tertipu

Berdasarkan dari betapa mudahnya wanita diperdaya oleh lelaki/cowok. Bahkan dengan sangat angkuhnya wanita sering berpendapat bahwa dirinya tidak akan mudah termakan rayuan gombal lelaki. Itu benar, karena dimasa sekarang ini tidak ada lelaki yang bibirnya bisa mengucapkan rayuan gombal seperti film-film Indonesia toempoe doeloe. Tetapi dengan pendidikan dan teknologi yang berkembang, metode kami berubah (red:cowok).

Kami bisa memanfaatkan semua SDM dan SDA yang ada di sekitar kami untuk menunjang tegaknya diagnosa “SERIUS” dihadapan target (wanita). Apakah property “nebeng”? Oh tidak! Bahkan hanya dengan kesederhanaan, malah jadi pamungkas yang cukup jitu untuk meluluhkan hati wanita incaran kami. Karena dengan kesederhanaan dan property seadanya, akan mendatangkan kesan ketulusan dan bersahaja. Yang kemudian menimbulkan cinta sepenuh hati, berakibat kepasrahan. Ini fokusnya, kepasrahan yang artinya diriku sepenuhnya kuserahkan padamu, termasuk my virgin (klo masih).

Wahai wanita, tidak semua diantara kami kaum lelaki mengincar hartamu, yang merupakan incaran kami sebenarnya adalah SEX, sejauh mana dirimu memberikan rasa penasaran kepada kami, selama itu pula kami sanggup bersandiwara dengan sekuat tenaga kami. Mengapa kami sebut sandiwara? Karena kami menyimpulkan bahwa yang telah beristeri saja masih banyak yang selingkuh (meski tidak semuanya).

Pernikahan yang kejelasan statusnya dilindungi oleh hukum agama dan UU Negara, masih sering kami injak-injak.

Apalagi status pacaran? Yang sama sekali tidak dikuatkan oleh peraturan manapun. Artinya seorang cowok bisa saja berpacaran dengan seribu cewek dalam waktu bersamaan atau sebaliknya. Maka jadilah pemuda-pemudi bangsa ini sebagai pakar zina, dari yang kecil sampai yang besar.

Tapi masalah jadi bangsa apa bukan urusan kami, selagi kami masih bisa menikmati kenikmatan dunia lewat tubuh wanita secara free, maka paradigma “Pacaran sebagai proses penjajakan” akan selalu kami sebarkan dengan cara apapun.

Sex dengan pacar sendiri sangat berbeda rasanya dengan sex dengan pelacur manapun dengan harga pakai berapapun. Sebab wanita yang selalu jadi target kami tentunya bersih, sehat, bebas penyakit menular seks (PMS), terawat dan terdidik.

Soal kaya atau miskin si target itu bisa disesuaikan. Maksudnya apabila kami telah sukses memperdaya hati target, maka keadaan keuangan akan sangat mudah dikendalikan berdasarkan scenario “rasa pengertian” yang kami ciptakan di hati target. Pulsa yang kami keluarkan untuk menjalin kedekatan tidak sebanding dengan kenikmatan yang menanti kami.

Target berjilbab? Bisa sukses bisa juga tidak.

Usaha kami dalam berburu “kenikmatan” terhadap target berjilbab memerlukan beberapa trik tambahan. Tetap bersikap sederhana, apa adanya, bersahaja, pengakuan terhadap kekurangan diri, bersikap humoris dan sedikit bumbu religi yang didapat dari ceramah ustadz-ustadz di televisi bisa jadi referensi tambahan.

Usaha kami sukses terhadap target yang berjilbab yang juga masih berpakaian ketat, sehingga jilbab kadang-kadang hanya menutupi rambutnya dan tidak menutupi ukuran “hardware” indahnya. Kulit target yang halus mulus karena sering tertutup dari polusi udara dan matahari memberikan sensasi yang tidak sama dengan target tidak berjilbab pada umumnya.

Luar biasa!!!

Usaha kami gagal apabila target berjilbab tapi juga berpakaian yang lebar, sehingga tidak tampak keindahannya lewat mata secara fisik, tapi kami sangat yakin dibalik pakaian yang lebar itu tersimpan lebih banyak keindahan. Kami kurang pasti penyebab kegagalan usaha kami terhadap target tersebut, bisa jadi keteguhan target dalam memegang keyakinan bahwa keindahan yang mereka miliki merupakan “harta berharga” yang hanya akan disuguhkan kepada suami mereka nantinya.

Kenyataan yang menggembirakan adalah target “kokoh” semacam ini berjumlah sangat sedikit jika dibandingkan dengan total target “empuk” yang banyak tersedia di sekitar kami.

Pada umumnya target menginginkan “keseriusan”. Ketidaktahuan mereka terhadap makna kata serius ini yang sering kami manfaatkan sebagai peluluh hati mereka. Trik yang kami gunakan bermacam-macam, mulai dari kirim sms yang bertuliskan “Aku serius lho sama kamu”, telepon diatas jam 23.00 (tarif murah) untuk bicara panjang lebar dengan topik yang dipilih secara random. Ini trik yang paling sederhana dan cukup jitu untuk target yang masih lugu atau pura-pura lugu soal keseriusan hubungan. Maksudnya walau target sudah mengerti tentang trik yang kami jalankan dalam meraih target, tapi seiring waktu dan semangat kami yang tidak berputus asa dalam menjalankan skenario, cepat lambat target yang dulunya pura-pura lugu akan luluh akhirnya melihat semangat tulus palsu kami.

Jika tujuan utama kami yaitu tubuh indah target belum didapatkan, maka bukti keseriusan palsu kami dapat dikuatkan dengan memboyong mereka ke orang tua kami atau sebaliknya, kami bersedia diboyong ke orang tua target. Sampai disini saja keberanian kami untuk bermain dengan kata serius, untungnya karena 99% target telah takluk pada level trik ini.

Kenyataan yang juga menggembirakan kami adalah apabila ternyata orang tua kami atau oramg tua target juga memiliki paradigma “Pacaran adalah proses penjajakan” atau “Pacaran adalah proses yang harus dilalui oleh remaja normal”.

Luar biasa!!!

Target yang telah beranggapan bahwa “inilah jodohku”, dengan paradigma ini kami telah mendapatkan kepercayaan penuh dari segala pihak untuk memperlakukan target semau kami. Termasuk menikmati kenyamanan sensasi seks penuh gratisan yang kami tunggu-tunggu selama perjuangan. Tidak perlu buru-buru, karena kami sangat dan sangat memperhatikan situasi, kondisi dan domisili.

Soal dikemudian hari kami bosan dengan target yang sudah habis manisnya karena kami hisap atau muncul target baru yang lebih segar, maka skenario pelepasan diri dapat dijalankan dengan berbagai alasan. Sangat mudah melakukannya mengingat semua manusia memiliki kekurangan, kekurangan inilah yang harus diangkat ke permukaan dan menjadi pokok bahasan yang berlanjut dengan putusnya hubungan. Alasan ketidakcocokan bisa menjadi penangkal pertanyaan orang tua masing-masing pihak.

Putus. Juga merupakan jalan baru bagi kami untuk memulai skenario pengejaran target baru. Tampang berduka, bahkan tampang tegar paska putus pun bisa menjadi pesona di hadapan target baru ini. Tentunya kami tidak meninggalkan trik-trik peluluhan hati yang kami terapkan terhadap target-terget sebelumnya seperti sederhana, tampil apa adanya, bersahaja, sedikit ditambah bumbu humoris karena target pada umumnya ingin dekat dengan orang yang selalu bisa membuatnya tersenyum dalam setiap keadaan. Target selalu ingin merasakan aman, nyaman, disayang, diperhatikan (beberapa). Maka sedaya upaya kami akan ciptakan suasana tersebut hanya didekat kami. Persepsi bahwa di dekat kami maka target merasa aman, nyaman, tenang, tersenyum, dan damai merupakan paradigma yang harus kami ciptakan di dalam kepala target.

Untuk kesekian kalinya kami selalu sukses dalam pencapaian tujuan kami, menjadikan kami sangat berpengalaman dan cerdas dalam program ini, dengan atau tanpa hambatan sama sekali. Sungguh indah dunia ini, dipenuhi dengan target-target berpendidikan tapi bodoh yang menunggu giliran untuk kami habisi.

“Ahh, saya kan gak pernah serius klo pacaran, ngapain takut!”

Jika terget berfikiran seperti kata-kata di atas, maka pemikiran seperti ini juga merupakan peluang besar bagi kami untuk memulai skenario peluluhan hati. Yang kami utamakan lebih dahulu adalah mengadakan ikatan super tidak jelas bernama Pacaran, soal cinta atau tidak, itu cuma masalah waktu. Trik-trik yang kami lancarkan akan mengubah keadaan hati target seiring waktu yang dilalui bersama-sama dan komitmen semu tentang pacaran yang kami atau orang lain ciptakan.

“Ahh, tidak semua cowok seperti itu, cowokku ga gitu and ga mungkin begitu!”.

Kata-kata sejenis ini merupakan tolak ukur keberhasilan skenario BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya) yang nantinya menjadi peluang besar untuk mendapatkan tubuh target di kemudian hari. Karena salah satu yang kami ingin bentuk adalah pendapat target bahwa kami adalah cowok yang berbeda dengan cowok pada umumnya.

Jika Anda wanita berpenampilan menarik atau tidak, bertubuh indah baik tertutup atau tidak, mencari keseriusan hubungan, mencari cinta dari sesama manusia tanpa pemahaman yang jelas…

Maka Anda target kami berikutnya!!!

Wahai wanita, ketahuilah bahwa seorang laki-laki yang benar-benar serius terhadapmu akan datang kepada orang tuamu dengan berkata “Pak, saya ingin menikahi putri Bapak, sekarang saya punya penghasilan Rp…../bulan, dst”, sedangkan laki-laki yang benar-benar serius ingin menghabisimu akan datang langsung kepadamu dengan berkata “Maukah kamu jadi pacarku?”.

Puncak kehinaan wanita ketika ia menerima tembakan seorang lelaki untuk jadi kekasihnya.

Puncak kemuliaan wanita ketika orang tua/walinya mempertimbangkan lamaran seorang lelaki untuk jadi isterinya.

Hancurkan harga diri dengan pacaran, muliakan diri dengan …?????????

Sumber : NN
diunduh dari http://www.wahdah-kendari.co.nr/
________________________________________________________________________
Bismillah
Ana mw berpesan buat teman” dalam group ini agar selalu berhati-hati khususnya buat para akhwat, jangan mudah tertipu dengan bisik serta rayu dari lelaki, jangan mudah teripu dari penampilan mereka.

Dan untuk para ikhwan ana berpesan untuk berhati-hati dalam bergaul dengan lawan jenis. Jangan sampai wanita membuat anda mundur dari menuntut ilmu yang Haq ini.

Alangkah lebih baik bagi kita untuk menjaga pandangan kita dari lawan jenis agar hati kita tak teracuni dengan fitnah dari syahwat. Wallahu a’lam bishshawab

Hukum Mani dan Madzi

Menurut pendapat ulama yang terpilih air mani statusnya suci. Dalilnya adalah riwayat ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha ia berkata:

“Rasulullah biasanya mencuci pakaiannya yang terkena mani. Setelah itu baru kemudian berangkat menuju shalat dengan tetap mengenakan pakaian tersebut. Sementara aku masih melihat bekas bilasan pada pakaian tersebut.” (H.R Muttafaqun ‘alaih)

Dalam riwayat Muslim disebutkan:

“Aku pernah mengerik bekas mani yang tersisa pada pakaian Rasulullah, lalu beliau kenakan untuk shalat.”

Dalam lafal lain berbunyi,

“ Aku pernah mengerik mani yang mengering pada pakaian beliau dengan kuku.”

Bahkan diriwayatkan secara sahih bahwa beliau mambiarkannya saja mani yang masih basah. Cukup beliau dengan mengusapnya dengan batng kayu atau sejenisnya. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat Ahmad (VI/243)

Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa ia berkata:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menghilangkan bekas mani pada pakaiannya dengan kayu idzkhir kemudian mengerjakan shalat dengan mengenakannya. Bila mani itu mongering beliau kerik kemudian mengerjakan shalat dengan pakaian itu.” (Hadits Ibnu Khuzaimah dalam kitab Shahih beliau dan dinyatakan hasan oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa’ I/197)

Adapun madzi statusnya najis berdasarkan hadits Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

“Saya adalah seorang pria yang sering mengeluarkan madzi. Karena itu saya pun menyuruh Miqdad menenyakan hal itu kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah bersabda, cukup berwudhu saja!” (H.R Bukhari)

Dalam sebagian riwayat disebutkan bahwa Rasulullah memerintahkan beliau untuk mencuci zakar dan buah pelir lalu berwudhu. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu ‘Uwanah dalam Al-Mustakhrij.

Dalam kitab At-Talkhis Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata, “Sanad hadits ini bersih tidak ada cacatnya. Oleh sebab itu, madzi statusnya najis wajib mencuci zakar dan buah pelir karena mengeluarkannya serta membatalkan wudhu.”

Bagaiman dengan pakaiannya? “Dianjurkan agar mengerik mani yang melekat pada pakaian meski kita telah menyatakan bahwa mani itu suci. Namun tetap sah shalat dengan mengenakan pakaian yang terkena mani meskipun belum dikerik.” (Al-Mughni I/763)

Adapun madzi, maka cukuplah dengan memercikkan air pada pakaian yang terkena karena sangat menyulitkan bila harus dicuci. Dalilnya adalah riwayat Abu Dawud dalam Sunannya, dari Sahal bin Hanif radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

“Saya merasakan kesulitan yang sangat disebabkan sering mengeluarkan madzi, sehingga saya berulang kali mandi. Lalu saya tanyakan hal tersebut kepada Rasulullah. Beliau menjawab, “Cukup bagimu berwudhu!” Wahai Rasulullah, bagaimana dengan pakaian yang terkena madzi?” tanyaku lagi. “Cukup engkau ambil seciduk air lalu percikan pada bagian yang terkena madzi!” jawab beliau.

Penulis kitab Tuhfatul Ahwadzi (I/373) berkata, “Hadits ini merupakan dalil bahwa bila madzi mengenai pakaian maka cukup dipercikan air pada bagian yang terkena madzi dan tidak perlu dicuci.” Wallahu a’lam…

El-Fata edisi 04 vol. III

Menduakan Cinta

Oleh Ustadz Abu Sa’id Hamzah
Kamis, 11 Maret 2010 - 06:18:52

Berikut ini catatan ringkas dari kajian Kitab At-Tauhid LKIBA Ma’had As-Salafy Jember yang disampaikan oleh Al-Ustadz Abu Sa’id Hamzah pada hari Ahad, 15 dan 22 Shafar 1431 H / 31 Januari dan 7 Februari 2010 M.

باب قول الله تعالى

{ وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ } [ البقرة : 165 ]

Bab Tentang Firman Allah Ta’ala: “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.” (Al-Baqarah: 165)

Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab rahimahullah menjadikan ayat ini sebagai judul bab, dan mungkin yang dimaksudkan dari judul tersebut adalah Bab Mahabbah.

Asal dari semua amalan itu besumber dari mahabbah (kecintaan), manusia tidaklah berbuat (beramal) kecuali karena ada sesuatu yang dia cintai dan diinginkan. Bisa jadi sesuatu yang dia senangi itu berupa berhasilnya untuk mendapatkan sesuatu yang bermanfaat, atau bisa jadi pula tertolak dan terlepaskannya dia dari mudharat.

Apabila seseorang beramal dengan suatu amalan tertentu, maka ini disebabkan karena dia menyukai (mencintainya)nya. Bisa jadi dia menyukai dzat (jenis) amalan tersebut, dan bisa pula karena lainnya. Misalnya seseorang yang makan buah-buahan, dia makan karena senang dengan dzat (jenis buah)nya itu sendiri. Ada pula orang yang melakukan perbuatan (amalan) tertentu bukan karena senang dengan dzatnya, tetapi karena ada sesuatu lain yang dia senangi. Misalnya obat, obat itu pahit (dan tentunya merupakan sesuatu yang tidak disukai), akan tetapi seseorang memakan obat itu bukan karena dia senang dengan dzat (obat)nya, akan tetapi dia melakukan itu karena ada sesuatu lain yang dia senangi, yaitu kesembuhan.

Ibadah kepada Allah subhanahu wata’ala itu harus dibangun di atas mahabbah kepada-Nya, bahkan mahabbah ini merupakan hakekat ibadah. Jika seseorang melakukan ibadah kepada Allah ‘azza wajalla tanpa adanya mahabbah, maka ibadahnya tersebut seperti kulit saja yang tidak ada ruh padanya. Kecintaan kepada Allah subhanahu wata’ala itu mengandung konsekuensi harus melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Ruh ibadah itu adalah mahabatullah, dan mahabatullah ini merupakan hakekat dari ibadah itu sendiri. Jika manusia memiliki kecintaan kepada Allah subhanahu wata’ala dan memiliki kecintaan untuk sampai kepada jannah-Nya, pasti dia akan menempuh jalan yang bisa menyampaikan kepada itu semuanya. Itulah kecintaan yang jujur pada dada manusia. Jika tidak ada kecintaan kepada Allah subhanahu wata’ala, maka mustahil dia akan sampai kepada jannah Allah subhanahu wata’ala.

Mahabbah itu terbagi menjadi dua:

1. Mahabbah ibadah, yaitu kecintaan yang mengandung konsekuensi perendahan diri dan pengagungan terhadap Dzat yang dicintainya. Mahabbah ibadah yang ada di dada manusia ini mengandung konsekuensi untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Mahabbah ini disebut juga oleh para ulama dengan Mahhabah Khashshah. Dan mahabbah seperti ini tidak boleh ditujukan kepada selain Allah subhanahu wata’ala. Sehingga barangsiapa yang menujukan mahabbah ini kepada selain Allah subhanahu wata’ala (yakni mencintai selain-Nya dan menyekutukan Allah dalam ibadah ini), maka dia telah menjadi musyrik dan terjatuh ke dalam syirik akbar.

2. Mahabbah yang bukan termasuk ibadah secara dzatnya. Dan ini banyak macamnya seperti:

a. Mahabbah Lilllahi wa Fillah. Yakni yang menjadikan kecintaan terhadap sesuatu adalah kecintaan dia kepada Allah. Seperti kecintaan kepada para nabi dan kepada orang shalih karena cintanya kepada Allah.

b. Mahabbah Isyfaq Wa Rahmah. Yakni mahabbah yang timbul dari sikap kasih sayang, seperti mencintai anak.

c. Mahabbah Ijlal Wa Ta’zhim. Yakni kecintaan dan pemuliaan yang bukan dalam bentuk ibadah. Seperti kecintaan seseorang terhadap orang tua, kecintaan terhadap orang yang berilmu.

d. Mahabbah Thabi’iyyah. Yaitu kecintaan yang timbul dari tabi’at dan sifat dasar manusia, seperti senang pada makanan, minuman, tempat tinggal, dan pakaian.

Yang paling baik dan paling mulia dari keempat macam mahabbah ini adalah jenis yang pertama, adapun ketiga jenis yang lain hukumnya mubah, tetapi kalau diniatkan ibadah[1], maka bernilai ibadah, dan kalau diniatkan maksiat maka bernilai maksiat.

Ayat pertama yang disebutkan oleh Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab dalam bab ini adalah:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ.

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah, adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165)

Penjelasan beberapa kalimat

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا

yaitu sebagian manusia ada yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan yang mereka menyetarakannya dengan Allah.

يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ

yaitu mereka mencintai tandingan selain Allah tersebut seperti mencintai Allah, yakni mereka menyamakan kecintaan kepada selain Allah dengan kecintaan kepada Allah, bahkan mereka menyamakan antara kecintaan kepada selain Allah dengan penuh rasa ta’zhim dan tadzallul (pengagungan dan perendahan diri)

وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ

yaitu orang-orang mukmin lebih cinta kepada Allah dibandingkan kecintaan kaum musyrikin kepada Allah karena cintanya orang mukmin murni kepada Allah, sedangkan orang musyrikin kecintaannya terbagi-bagi, cinta kepada Allah, dan juga cinta kepada tandingan selain Allah. Dan ketahuilah bahwa kecintaan orang mukmin kepada Allah itu lebih besar daripada kecintaan musyrikin kepada-Nya.

Faedah yang bisa diambil dari ayat ini:

1. Orang yang menjadikan tandingan bagi Allah, yang kecintaan kepadanya sama dengan kecintaan kepada Allah, maka dia telah terjatuh ke dalam perbuatan syirik akbar yang mengeluarkan seseorang dari Islam. Dan mahabbah seperti ini adalah mahabbah ibadah yang tidak boleh ditujukan kepada selain Allah.

2. Bahwasanya kesyirikan itu akan membatalkan amalan, dan faedah ini diambil dari kelanjutan ayat tersebut[2].

3. Bahwasanya di antara kaum musyrikin ada yang sangat mencintai Allah. Akan tetapi kecintaan tersebut tidak memberikan manfaat kepadanya karena masih adanya unsur kesyirikan padanya, kecuali kalau dia mengikhlaskan kecintaannya hanya kepada Allah.

4. Ikhlasnya kecintaan kepada Allah adalah termasuk tanda-tanda keimanan. Dan orang-orang yang beriman itu benar-benar cinta dan mengikhlaskan kecintaannya hanya kepada Allah.
[1] Seperti makan dengan maksud untuk membantu menguatkan ibadahnya kepada Allah, dan yang semisalnya.

[2] Yaitu rangkaian ayat yang akhir lafazhnya:

كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ.

“Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.” (Al-Baqarah: 168)

Sumber :
http://www.assalafy.org/mahad/?p=466#more-466

15 Nasehat Mertua Kepada Menantu Lelaki

1. Bimbinglah agama istrimu

2. Penuhilah nafkah istri dan anakmu dengan halal

3. Tempatkan istri dan anakmu di lingkungan yang baik'

4. Penuhilah tuntutan biologis istrimu

5. Muliakanlah kedudukan istrimu

6. Jangan mencari-cari kekurangan dan kesalahan istrimu

7. Luruskanlah kesalahan istrimu dengan baik

8. Jangan berbuat aniaya kepada istrimu

9. Ringankanlah beban kerja istrimu

10. Doronglah istrimu untuk menuntut ilmu

11. Didiklah anak-anakmu untuk memuliakan istrimu

12. Samakanlah perlakuanmu kepada anak-anak istrimu

13. Jangan putuskan hubungan istrimu dengan keluarganya

14. Binalah hubungan baik keluargamu dengan istrimu

15. Janganlah memadu istrimu dengan wanita yang membencinya

Sumber: Pernikahan Islami (fb)

(Aqidah) Mengenal Allah bag.II

Kedua, agar mereka memberikan syafa’at (pembelaan ) di sisi Allah. Allah berfirman:

“Dan mereka menyembah selain Allah dari apa-apa yang tidak bisa memberikan mudharat dan manfaat bagi mereka dan mereka berkata: ‘Mereka (sesembahan itu) adalah yang memberi syafa’at kami di sisi Allah’.” (QS. Yunus: 18, Lihat kitab Kasyfusy Syubuhat karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab)

Keyakinan sebagian orang kafir terhadap tauhid rububiyah Allah telah dijelaskan Allah dalam beberapa firman-Nya:
“Kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menciptakan mereka? Mereka akan menjawab Allah.” (QS. Az Zukhruf: 87)
“Dan kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan yang menundukkan matahari dan bulan? Mereka akan mengatakan Allah.” (QS. Al Ankabut: 61)
“Dan kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan bumi setelah matinya? Mereka akan menjawab Allah.” (QS. Al Ankabut: 63)

Demikianlah Allah menjelaskan tentang keyakinan mereka terhadap tauhid Rububiyah Allah. Keyakinan mereka yang demikian itu tidak menyebabkan mereka masuk ke dalam Islam dan menyebabkan halalnya darah dan harta mereka sehingga Rasulullah mengumumkan peperangan melawan mereka.

Makanya, jika kita melihat kenyataan yang terjadi di tengah-tengah kaum muslimin, kita sadari betapa besar kerusakan akidah yang melanda saudara-saudara kita. Banyak yang masih menyakini bahwa selain Allah, ada yang mampu menolak mudharat dan mendatangkan mamfa’at, meluluskan dalam ujian, memberikan keberhasilan dalam usaha, dan menyembuhkan penyakit. Sehingga, mereka harus berbondong-bondong meminta-minta di kuburan orang-orang shalih, atau kuburan para wali, atau di tempat-tempat keramat.

Mereka harus pula mendatangi para dukun, tukang ramal, dan tukang tenung atau dengan istilah sekarang paranormal. Semua perbuatan dan keyakinan ini, merupakan keyakinan yang rusak dan bentuk kesyirikan kepada Allah.

Ringkasnya, tidak ada yang bisa memberi rizki, menyembuhkan segala macam penyakit, menolak segala macam marabahaya, memberikan segala macam manfaat, membahagiakan, menyengsarakan, menjadikan seseorang miskin dan kaya, yang menghidupkan, yang mematikan, yang meluluskan seseorang dari segala macam ujian, yang menaikkan dan menurunkan pangkat dan jabatan seseorang, kecuali Allah. Semuanya ini menuntut kita agar hanya meminta kepada Allah semata dan tidak kepada selain-Nya.

Mengenal Uluhiyah Allah
Uluhiyah Allah adalah mengesakan segala bentuk peribadatan bagi Allah, seperti berdo’a, meminta, tawakal, takut, berharap, menyembelih, bernadzar, cinta, dan selainnya dari jenis-jenis ibadah yang telah diajarkan Allah dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Memperuntukkan satu jenis ibadah kepada selain Allah termasuk perbuatan dzalim yang besar di sisi-Nya yang sering diistilahkan dengan syirik kepada Allah.
Allah berfirman di dalam Al Qur’an:
“Hanya kepada-Mu ya Allah kami menyembah dan hanya kepada-Mu ya Allah kami meminta.” (QS. Al Fatihah: 5)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah membimbing Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu dengan sabda beliau:
“Dan apabila kamu minta maka mintalah kepada Allah dan apabila kamu minta tolong maka minta tolonglah kepada Allah.” (HR. Tirmidzi)

Allah berfirman:
“Dan sembahlah Allah dan jangan kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun” (QS. An Nisa: 36)

Allah berfirman:
“Hai sekalian manusia sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, agar kalian menjadi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Al Baqarah: 21)

Dengan ayat-ayat dan hadits di atas, Allah dan Rasul-Nya telah jelas mengingatkan tentang tidak bolehnya seseorang untuk memberikan peribadatan sedikitpun kepada selain Allah karena semuanya itu hanyalah milik Allah semata.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Allah berfirman kepada ahli neraka yang paling ringan adzabnya. ‘Kalau seandainya kamu memiliki dunia dan apa yang ada di dalamnya dan sepertinya lagi, apakah kamu akan menebus dirimu? Dia menjawab ya. Allah berfirman: ‘Sungguh Aku telah menginginkan darimu lebih rendah dari ini dan ketika kamu berada di tulang rusuknya Adam tetapi kamu enggan kecuali terus menyekutukan-Ku.” ( HR. Muslim dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu )

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Allah berfirman dalam hadits qudsi: “Saya tidak butuh kepada sekutu-sekutu, maka barang siapa yang melakukan satu amalan dan dia menyekutukan Aku dengan selain-Ku maka Aku akan membiarkannya dan sekutunya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu )

Contoh konkrit penyimpangan uluhiyah Allah di antaranya ketika seseorang mengalami musibah di mana ia berharap bisa terlepas dari musibah tersebut. Lalu orang tersebut datang ke makam seorang wali, atau kepada seorang dukun, atau ke tempat keramat atau ke tempat lainnya. Ia meminta di tempat itu agar penghuni tempat tersebut atau sang dukun, bisa melepaskannya dari musibah yang menimpanya. Ia begitu berharap dan takut jika tidak terpenuhi keinginannya. Ia pun mempersembahkan sesembelihan bahkan bernadzar, berjanji akan beri’tikaf di tempat tersebut jika terlepas dari musibah seperti keluar dari lilitan hutang.

Ibnul Qoyyim mengatakan: “Kesyirikan adalah penghancur tauhid rububiyah dan pelecehan terhadap tauhid uluhiyyah, dan berburuk sangka terhadap Allah.”

Mengenal Nama-nama dan Sifat-sifat Allah

Maksudnya, kita beriman bahwa Allah memiliki nama-nama yang Dia telah menamakan diri-Nya dan yang telah dinamakan oleh Rasul-Nya. Dan beriman bahwa Allah memiliki sifat-sifat yang tinggi yang telah Dia sifati diri-Nya dan yang telah disifati oleh Rasul-Nya. Allah memiliki nama-nama yang mulia dan sifat yang tinggi berdasarkan firman Allah:

“Dan Allah memiliki nama-nama yang baik.” (Qs. Al A’raf: 186)

“Dan Allah memiliki permisalan yang tinggi.” (QS. An Nahl: 60)

Dalam hal ini, kita harus beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah sesuai dengan apa yang dimaukan Allah dan Rasul-Nya dan tidak menyelewengkannya sedikitpun. Imam Syafi’i meletakkan kaidah dasar ketika berbicara tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah sebagai berikut: “Aku beriman kepada Allah dan apa-apa yang datang dari Allah dan sesuai dengan apa yang dimaukan oleh Allah. Aku beriman kepada Rasulullah dan apa-apa yang datang dari Rasulullah sesuai dengan apa yang dimaukan oleh Rasulullah” (Lihat Kitab Syarah Lum’atul I’tiqad Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin hal 36)

Ketika berbicara tentang sifat-sifat dan nama-nama Allah yang menyimpang dari yang dimaukan oleh Allah dan Rasul-Nya, maka kita telah berbicara tentang Allah tampa dasar ilmu. Tentu yang demikian itu diharamkan dan dibenci dalam agama. Allah berfirman:
“Katakanlah: ‘Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tampa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah (keterangan) untuk itu dan (mengharamkan) kalian berbicara tentang Allah tampa dasar ilmu.” (QS. Al A’raf: 33)

“Dan janganlah kamu mengatakan apa yang kamu tidak memiliki ilmu padanya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya akan diminta pertanggungan jawaban.” (QS. Al Isra: 36)

Wallahu ‘alam

sumber : darussalaf.or.id

(Aqidah) Mengenal Allah Bag.I

Tak kenal maka tak sayang, demikian bunyi pepatah. Banyak orang mengaku mengenal Allah, tapi mereka tidak cinta kepada Allah. Buktinya, mereka banyak melanggar perintah dan larangan Allah. Sebabnya, ternyata mereka tidak mengenal Allah dengan sebenarnya.

Sekilas, membahas persoalan bagaimana mengenal Allah bukan sesuatu yang asing. Bahkan mungkin ada yang mengatakan untuk apa hal yang demikian itu dibahas? Bukankah kita semua telah mengetahui dan mengenal pencipta kita? Bukankah kita telah mengakui itu semua?

Kalau mengenal Allah sebatas di masjid, di majelis dzikir, atau di majelis ilmu atau mengenal-Nya ketika tersandung batu, ketika mendengar kematian, atau ketika mendapatkan musibah dan mendapatkan kesenangan, barangkali akan terlontar pertanyaan demikian.

Yang dimaksud dalam pembahasan ini yaitu mengenal Allah yang akan membuahkan rasa takut kepada-Nya, tawakal, berharap, menggantungkan diri, dan ketundukan hanya kepada-Nya. Sehingga kita bisa mewujudkan segala bentuk ketaatan dan menjauhi segala apa yang dilarang oleh-Nya. Yang akan menenteramkan hati ketika orang-orang mengalami gundah-gulana dalam hidup, mendapatkan rasa aman ketika orang-orang dirundung rasa takut dan akan berani menghadapi segala macam problema hidup.

Faktanya, banyak yang mengaku mengenal Allah tetapi mereka selalu bermaksiat kepada-Nya siang dan malam. Lalu apa manfaat kita mengenal Allah kalau keadaannya demikian? Dan apa artinya kita mengenal Allah sementara kita melanggar perintah dan larangan-Nya?

Maka dari itu mari kita menyimak pembahasan tentang masalah ini, agar kita mengerti hakikat mengenal Allah dan bisa memetik buahnya dalam wujud amal.

Mengenal Allah ada empat cara yaitu mengenal wujud Allah, mengenal Rububiyah Allah, mengenal Uluhiyah Allah, dan mengenal Nama-nama dan Sifat-sifat Allah.

Keempat cara ini telah disebutkan Allah di dalam Al Qur’an dan di dalam As Sunnah baik global maupun terperinci.

Ibnul Qoyyim dalam kitab Al Fawaid hal 29, mengatakan: “Allah mengajak hamba-Nya untuk mengenal diri-Nya di dalam Al Qur’an dengan dua cara yaitu pertama, melihat segala perbuatan Allah dan yang kedua, melihat dan merenungi serta menggali tanda-tanda kebesaran Allah seperti dalam firman-Nya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam terdapat (tanda-tanda kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memiliki akal.” (QS. Ali Imran: 190)

Juga dalam firman-Nya yang lain: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan siang, serta bahtera yang berjalan di lautan yang bermanfaat bagi manusia.” (QS. Al Baqarah: 164)

Mengenal Wujud Allah.

Yaitu beriman bahwa Allah itu ada. Dan adanya Allah telah diakui oleh fitrah, akal, panca indera manusia, dan ditetapkan pula oleh syari’at.

Ketika seseorang melihat makhluk ciptaan Allah yang berbeda-beda bentuk, warna, jenis dan sebagainya, akal akan menyimpulkan adanya semuanya itu tentu ada yang mengadakannya dan tidak mungkin ada dengan sendirinya. Dan panca indera kita mengakui adanya Allah di mana kita melihat ada orang yang berdoa, menyeru Allah dan meminta sesuatu, lalu Allah mengabulkannya. Adapun tentang pengakuan fitrah telah disebutkan oleh Allah di dalam Al Qur’an: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu menurunkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman ): ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu’ Mereka menjawab: ‘(Betul Engkau Tuhan kami) kami mempersaksikannya (Kami lakukan yang demikian itu) agar kalian pada hari kiamat tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan-Mu) atau agar kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu sedangkan kami ini adalah anak-anak keturunan yang datang setelah mereka.’.” (QS. Al A’raf: 172-173)

Ayat ini merupakan dalil yang sangat jelas bahwa fitrah seseorang mengakui adanya Allah dan juga menunjukkan, bahwa manusia dengan fitrahnya mengenal Rabbnya. Adapun bukti syari’at, kita menyakini bahwa syari’at Allah yang dibawa para Rasul yang mengandung maslahat bagi seluruh makhluk, menunjukkan bahwa syari’at itu datang dari sisi Dzat yang Maha Bijaksana. (Lihat Syarah Aqidah Al Wasithiyyah Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin hal 41-45)

Mengenal Rububiyah Allah
Rububiyah Allah adalah mengesakan Allah dalam tiga perkara yaitu penciptaan-Nya, kekuasaan-Nya, dan pengaturan-Nya. (Lihat Syarah Aqidah Al Wasithiyyah Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin hal 14)

Maknanya, menyakini bahwa Allah adalah Dzat yang menciptakan, menghidupkan, mematikan, memberi rizki, mendatangkan segala mamfaat dan menolak segala mudharat. Dzat yang mengawasi, mengatur, penguasa, pemilik hukum dan selainnya dari segala sesuatu yang menunjukkan kekuasaan tunggal bagi Allah.

Dari sini, seorang mukmin harus meyakini bahwa tidak ada seorangpun yang menandingi Allah dalam hal ini. Allah mengatakan: “’Katakanlah!’ Dialah Allah yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya sgala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya.” (QS. Al Ikhlash: 1-4)

Maka ketika seseorang meyakini bahwa selain Allah ada yang memiliki kemampuan untuk melakukan seperti di atas, berarti orang tersebut telah mendzalimi Allah dan menyekutukan-Nya dengan selain-Nya.

Dalam masalah rububiyah Allah sebagian orang kafir jahiliyah tidak mengingkarinya sedikitpun dan mereka meyakini bahwa yang mampu melakukan demikian hanyalah Allah semata. Mereka tidak menyakini bahwa apa yang selama ini mereka sembah dan agungkan mampu melakukan hal yang demikian itu. Lalu apa tujuan mereka menyembah Tuhan yang banyak itu? Apakah mereka tidak mengetahui jikalau ‘tuhan-tuhan’ mereka itu tidak bisa berbuat apa-apa? Dan apa yang mereka inginkan dari sesembahan itu?

Allah telah menceritakan di dalam Al Qur’an bahwa mereka memiliki dua tujuan. Pertama, mendekatkan diri mereka kepada Allah dengan sedekat-dekatnya sebagaimana firman Allah:

“Dan orang-orang yang menjadikan selain Allah sebagai penolong (mereka mengatakan): ‘Kami tidak menyembah mereka melainkan agar mereka mendekatkan kami di sisi Allah dengan sedekat-dekatnya’.” (Az Zumar: 3 )