Senin, 11 Oktober 2010

Doa Penawar Duka dan Kesedihan Yang Mendalam(Seri do'a dan dzikir)

DOA PENAWAR HATI YANG DUKA

- اَللَّهُمَّ إِنِّيْ عَبْدُكَ، ابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِيْ، وَنُوْرَ صَدْرِيْ، وَجَلاَءَ حُزْنِيْ، وَذَهَابَ هَمِّيْ.

Arti:. “Ya Allah! Sesungguhnya aku adalah hambaMu, anak hambaMu (Adam) dan anak hamba perempuanMu (Hawa). Ubun-ubunku di tanganMu, keputusan-Mu berlaku padaku, qadhaMu kepadaku adalah adil. Aku mohon kepadaMu dengan setiap nama (baik) yang telah Engkau gunakan untuk diriMu, yang Engkau turunkan dalam kitabMu, Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhlukMu atau yang Engkau khususkan untuk diriMu dalam ilmu ghaib di sisiMu, hendaknya Engkau jadikan Al-Qur’an sebagai penenteram hatiku, cahaya di dadaku, pelenyap duka dan kesedihanku.” [HR. Ahmad 1/391. Menurut pendapat Al-Albani, hadits tersebut adalah sahih]

- اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحُزْنِ، وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ، وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ.
“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari (hal yang) menyedihkan dan menyusahkan, lemah dan malas, bakhil dan penakut, lilitan hutang dan penindasan orang.” [HR. Al-Bukhari 7/158. Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam senantiasa membaca doa ini, lihat kitab Fathul Baari 11/173]

DOA UNTUK KESEDIHAN YANG MENDALAM

- لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ الْعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَرَبُّ اْلأَرْضِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيْمُ.

Arti: “Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Agung dan Maha Pengampun. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Tuhan yang menguasai arasy, yang Maha Agung. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Tuhan yang menguasai langit dan bumi. Tuhan Yang menguasai arasy, lagi Maha Mulia.” [HR. Al-Bukhari 7/154, Muslim 4/2092]

- اَللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ.

. “Ya Allah! Aku mengharapkan (mendapat) rahmatMu, oleh karena itu, jangan Engkau biarkan diriku sekejap mata (tanpa pertolongan atau rahmat dariMu). Perbaikilah seluruh urusanku, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau.” [HR. Abu Dawud 4/324, Ahmad 5/42. Menurut pendapat Al-Albani, hadits di atas adalah hasan dalam Shahih Abu Dawud 3/959]

- لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ.

. “Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Maha Suci Engkau. Sesungguhnya aku tergolong orang-orang yang zhalim.” [HR. At-Tirmidzi 5/529 dan Al-Hakim. Menurut pendapatnya yang disetujui oleh Adz-Dzahabi: Hadits tersebut adalah shahih 1/505, lihat Shahih At-Tirmidzi 3/168]

- اللهُ اللهُ رَبِّي لاَ أُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا.
. “Allah-Allah adalah Tuhanku. Aku tidak menyekutukanNya dengan sesuatu.” [HR. Abu Dawud 2/87 dan lihat Shahih Ibnu Majah 2/335]


Arti:. “Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari (hal yang) menyedihkan dan menyusahkan, lemah dan malas, bakhil dan penakut, lilitan hutang dan penindasan orang.” [HR. Al-Bukhari 7/158. Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam senantiasa membaca doa ini, lihat kitab Fathul Baari 11/173]

Sumber:KITAB HISNUL MUSLIM,Kumpulan Doa dan Dzikir Dari Al Quran dan As Sunnah,Karya Said bin Ali Al Qathani

http://www.facebook.com/group.php?gid=204464968797

Tips Mencegah Keputihan Bagi Kaum Wanita

Banyak wanita mengeluhkan keputihan. Sangat tidak nyaman. Gatal, berbau, bahkan terkadang perih. Usut punya usut, ternyata itu berkait dengan kebiasaan sehari-hari. Salah satu penyebab keputihan adalah masalah kebersihan di sekitar organ intim.

Umumnya wanita sangat peduli dengan kebersihan, terutama yang berhubungan dengan penampilan. Setiap hari tidak lupa mandi dan selalu telaten menyingkirkan sisa-sisa make up dari wajah. Tapi, bila ditanya apakah setelaten itu pula kaum Hawa menjaga kebersihan organ kewanitaannya? Harus kita akui tidak semua wanita melakukannya. Contoh, entah berapa banyak wanita yang tidak mengeringkan bagian organ intimnya seusai buang air kecil. Usai dibasuh langsung mengenakan celana dalam. Alhasil celana ikut basah, akibatnya vagina “terperangkap” dalam suasana lembab.

Organ intim wanita, seperti vagina sangat sensitif dengan kondisi lingkungan. Karena letaknya tersembunyi dan tertutup, vagina memerlukan suasana kering. Kondisi lembab akan mengundang berkembanbiaknya jamur dan bakteri pathogen. Inilah salah satu penyebab keputihan.

Bila ingin terhindar dari keputihan, Anda mesti menjaga kebersihan daerah sensitif itu. Kebersihan organ kewanitaan hendaknya sejak bangun tidur dan mandi pagi. Bagaimana caranya?

Berikut Tip yang dapat dilakukan:

1. Bersihkan organ intim dengan pembersih yang tidak mengganggu kestabilan pH di sekitar vagina.

2. Hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuan agar vagina harum dan kering sepanjang hari.
Bedak memiliki partikel-partikel halus yang mudah terselip disana-sini dan akhirnya mengundang jamur dan bakteri bersarang di tempat itu.

3. Selalu keringkan bagian vagina sebelum berpakaian.

4. Gunakan celana dalam yang kering.
Seandainya basah atau lembab, usahakan cepat mengganti dengan yang bersih dan belum dipakai. Tak ada salahnya Anda membawa cadangan celana dalam tas kecil untuk berjaga-jaga manakala perlu menggantinya.

5. Gunakan celana dalam yang bahannya menyerap keringat, seperti katun.
Celana dari bahan satin atau bahan sintetik lain membuat suasana disekitar organ intim panas dan lembab.

6. Pakaian luar juga perlu diperhatikan.
Celana jeans tidak dianjurkan karena pori-porinya sangat rapat. Pilihlah seperti rok atau celana bahan non-jeans agar sirkulasi udara di sekitar organ intim bergerak leluasa.


http://www.facebook.com/group.php?gid=186905463548

Pernikahan Menurut Islam dari Mengenal Calon Sampai Proses Akad Nikah (bagian 2)

2. Nazhar (Melihat calon pasangan hidup)

Seorang wanita pernah datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menghibahkan dirinya. Si wanita berkata:

ياَ رَسُوْلَ اللهِ، جِئْتُ أَهَبُ لَكَ نَفْسِي. فَنَظَرَ إِلَيْهَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَصَعَّدَ النَّظَرَ فِيْهَا وَصَوَّبَهُ، ثُمَّ طَأْطَأَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم رًأْسَهُ

“Wahai Rasulullah! Aku datang untuk menghibahkan diriku kepadamu.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun melihat ke arah wanita tersebut. Beliau mengangkat dan menurunkan pandangannya kepada si wanita. Kemudian beliau menundukkan kepalanya. (HR. Al-Bukhari no. 5087 dan Muslim no. 3472)

Hadits ini menunjukkan bila seorang lelaki ingin menikahi seorang wanita maka dituntunkan baginya untuk terlebih dahulu melihat calonnya tersebut dan mengamatinya. (Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim, 9/215-216)

Oleh karena itu, ketika seorang sahabat ingin menikahi wanita Anshar, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menasihatinya:

انْظُرْ إِلَيْهَا، فَإِنَّ فِي أَعْيُنِ الْأَنْصَارِ شَيْئًا، يَعْنِي الصِّغَرَ

“Lihatlah wanita tersebut, karena pada mata orang-orang Anshar ada sesuatu.” Yang beliau maksudkan adalah mata mereka kecil. (HR. Muslim no. 3470 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

Demikian pula ketika Al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu meminang seorang wanita, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya, “Apakah engkau telah melihat wanita yang kau pinang tersebut?” “Belum,” jawab Al-Mughirah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

انْظُرْ إِلَيْهَا، فَإِنَّهُ أَحْرَى أَنْ يُؤْدَمَ بَيْنَكُمَا

“Lihatlah wanita tersebut, karena dengan seperti itu akan lebih pantas untuk melanggengkan hubungan di antara kalian berdua (kelak).” (HR. An-Nasa`i no. 3235, At-Tirmidzi no.1087. Dishahihkan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 96)

Al-Imam Al-Baghawi rahimahullahu berkata, “Dalam sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Al-Mughirah radhiyallahu ‘anhu: “Apakah engkau telah melihat wanita yang kau pinang tersebut?” ada dalil bahwa sunnah hukumnya ia melihat si wanita sebelum khitbah (pelamaran), sehingga tidak memberatkan si wanita bila ternyata ia membatalkan khitbahnya karena setelah nazhar ternyata ia tidak menyenangi si wanita.” (Syarhus Sunnah 9/18)

Bila nazhar dilakukan setelah khitbah, bisa jadi dengan khitbah tersebut si wanita merasa si lelaki pasti akan menikahinya. Padahal mungkin ketika si lelaki melihatnya ternyata tidak menarik hatinya lalu membatalkan lamarannya, hingga akhirnya si wanita kecewa dan sakit hati. (Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim, 9/214)

Sahabat Muhammad bin Maslamah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku meminang seorang wanita, maka aku bersembunyi untuk mengintainya hingga aku dapat melihatnya di sebuah pohon kurmanya.” Maka ada yang bertanya kepada Muhammad, “Apakah engkau melakukan hal seperti ini padahal engkau adalah sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam?” Kata Muhammad, “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا أَلْقَى اللهُ فيِ قَلْبِ امْرِئٍ خِطْبَةَ امْرَأَةٍ، فَلاَ بَأْسَ أَنْ يَنْظُرَ إِلَيْهَا

“Apabila Allah melemparkan di hati seorang lelaki (niat) untuk meminang seorang wanita maka tidak apa-apa baginya melihat wanita tersebut.” (HR. Ibnu Majah no. 1864, dishahihkan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Ibni Majah dan Ash-Shahihah no. 98)

Al-Imam Al-Albani rahimahullahu berkata, “Boleh melihat wanita yang ingin dinikahi walaupun si wanita tidak mengetahuinya ataupun tidak menyadarinya.” Dalil dari hal ini sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إِذَا خَطَبَ أَحَدُكُمُ امْرَأَةً، فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَنْظُرَ إِلَيْهَا إِذَا كَانَ إِنَّمَا يَنْظُرُ إِلَيْهَا لِخِطْبَتِهِ، وَإِنْ كَانَتْ لاَ تَعْلَمُ

‘Apabila seorang dari kalian ingin meminang seorang wanita, maka tidak ada dosa baginya melihat si wanita apabila memang tujuan melihatnya untuk meminangnya, walaupun si wanita tidak mengetahui (bahwa dirinya sedang dilihat).” (HR. Ath-Thahawi, Ahmad 5/424 dan Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jamul Ausath 1/52/1/898, dengan sanad yang shahih, lihat Ash-Shahihah 1/200)

Pembolehan melihat wanita yang hendak dilamar walaupun tanpa sepengetahuan dan tanpa seizinnya ini merupakan pendapat yang dipegangi jumhur ulama.

Adapun Al-Imam Malik rahimahullahu dalam satu riwayat darinya menyatakan, “Aku tidak menyukai bila si wanita dilihat dalam keadaan ia tidak tahu karena khawatir pandangan kepada si wanita terarah kepada aurat.” Dan dinukilkan dari sekelompok ahlul ilmi bahwasanya tidak boleh melihat wanita yang dipinang sebelum dilangsungkannya akad karena si wanita masih belum jadi istrinya. (Al-Hawil Kabir 9/35, Syarhul Ma’anil Atsar 2/372, Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim 9/214, Fathul Bari 9/158)

Haramnya berduaan dan bersepi-sepi tanpa mahram ketika nazhar (melihat calon)

Sebagai catatan yang harus menjadi perhatian bahwa ketika nazhar tidak boleh lelaki tersebut berduaan saja dan bersepi-sepi tanpa mahram (berkhalwat) dengan si wanita. Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ مَعَ ذِي مَحْرَمٍ

“Sekali-kali tidak boleh seorang laki-laki bersepi-sepi dengan seorang wanita kecuali wanita itu bersama mahramnya.” (HR. Al-Bukhari no. 1862 dan Muslim no. 3259)

Karenanya si wanita harus ditemani oleh salah seorang mahramnya, baik saudara laki-laki atau ayahnya. (Fiqhun Nisa` fil Khithbah waz Zawaj, hal. 28)

Bila sekiranya tidak memungkinkan baginya melihat wanita yang ingin dipinang, boleh ia mengutus seorang wanita yang tepercaya guna melihat/mengamati wanita yang ingin dipinang untuk kemudian disampaikan kepadanya. (An-Nazhar fi Ahkamin Nazhar bi Hassatil Bashar, Ibnul Qaththan Al-Fasi hal. 394, Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim, 9/214, Al-Mulakhkhash Al-Fiqhi, 2/280)

Batasan yang boleh dilihat dari seorang wanita

Ketika nazhar, boleh melihat si wanita pada bagian tubuh yang biasa tampak di depan mahramnya. Bagian ini biasa tampak dari si wanita ketika ia sedang bekerja di rumahnya, seperti wajah, dua telapak tangan, leher, kepala, dua betis, dua telapak kaki dan semisalnya. Karena adanya hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إِذَا خَطَبَ أَحَدُكُمُ الْمَرْأَةَ، فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ يَنْظُرَ إِلَي مَا يَدْعُوهُ إِلىَ نِكَاحِهَا فَلْيَفْعَلْ

“Bila seorang dari kalian meminang seorang wanita, lalu ia mampu melihat dari si wanita apa yang mendorongnya untuk menikahinya, maka hendaklah ia melakukannya.” (HR. Abu Dawud no. 2082 dihasankan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 99)

Di samping itu, dilihat dari adat kebiasaan masyarakat, melihat bagian-bagian itu bukanlah sesuatu yang dianggap memberatkan atau aib. Juga dilihat dari pengamalan yang ada pada para sahabat. Sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma ketika melamar seorang perempuan, ia pun bersembunyi untuk melihatnya hingga ia dapat melihat apa yang mendorongnya untuk menikahi si gadis, karena mengamalkan hadits tersebut. Demikian juga Muhammad bin Maslamah radhiyallahu ‘anhu sebagaimana telah disinggung di atas. Sehingga cukuplah hadits-hadits ini dan pemahaman sahabat sebagai hujjah untuk membolehkan seorang lelaki untuk melihat lebih dari sekadar wajah dan dua telapak tangan2.

Al-Imam Ibnu Qudamah rahimahullahu berkata, “Sisi kebolehan melihat bagian tubuh si wanita yang biasa tampak adalah ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengizinkan melihat wanita yang hendak dipinang dengan tanpa sepengetahuannya. Dengan demikian diketahui bahwa beliau mengizinkan melihat bagian tubuh si wanita yang memang biasa terlihat karena tidak mungkin yang dibolehkan hanya melihat wajah saja padahal ketika itu tampak pula bagian tubuhnya yang lain, tidak hanya wajahnya. Karena bagian tubuh tersebut memang biasa terlihat. Dengan demikian dibolehkan melihatnya sebagaimana dibolehkan melihat wajah. Dan juga karena si wanita boleh dilihat dengan perintah penetap syariat berarti dibolehkan melihat bagian tubuhnya sebagaimana yang dibolehkan kepada mahram-mahram si wanita.” (Al-Mughni, fashl Ibahatun Nazhar Ila Wajhil Makhthubah)

Memang dalam masalah batasan yang boleh dilihat ketika nazhar ini didapatkan adanya perselisihan pendapat di kalangan ulama3.


(besambung..... )

Doa dan Amalan untuk Orang Tua yang Sudah Meninggal

Berbakti kepada orang tua menempati posisi yang tinggi didalam islam. Hal itu ditunjukkan dengan perintah berbuat baik kepadanya mengikuti perintah beribadah hanya kepada Allah swt saja, seperti disebutkan didalam firman-Nya.

وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا


Artinya : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al Isra : 23)

Berbuat baik kepada orang tua tidak hanya dilakukan ketika dia masih hidup akan tetapi juga setelah dia meninggal dunia. Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Usaid Malik bin Rabi'ah As Sa'idi ia berkata, "Ketika kami sedang bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, tiba-tiba ada seorang laki-laki dari bani Salamah datang kepada beliau.

Laki-laki bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah masih ada ruang untuk aku berbuat baik kepada kedua orang tuaku setelah mereka meninggal?" beliau menjawab: "Ya. Mendoakan dan memintakan ampunan untuk keduanya, melaksanakan wasiatnya, menyambung jalinan silaturahim mereka dan memuliakan teman mereka." Meskipun hadits ini lemah namun dalam hal ini bisa diamalkan.

Beberapa perbuatan baik yang bisa dilakukan terhadap orang tua yang telah meninggal dunia, diantaranya :

1. Mendoakan dan memohonkan ampunan baginya.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah 'azza wajalla akan mengangkat derajat seorang hamba yang shalih di surga, hamba itu kemudian berkata; 'Wahai Rabb, dari mana semua ini? ' maka Allah berfirman; 'Dari istighfar anakmu.'"

Diantara bentuk-bentuk doa dan permohonan ampunan tersebut adalah :

ROBBIGH FIRLI WA LIWALIDAYYA

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ


Artinya : “Tuhanku! ampunilah Aku, ibu bapakku.” (QS. Nuh : 28)

ROBBIRHAMHUMA KAMAA ROBBAYANI SHOGHIRO

وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا


Artinya : “Dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (QS. Al Isra : 24)

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari dari Jubair bin Nufair ia mendengarnya berkata, saya mendengar Auf bin Malik berkata; Suatu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menshalatkan jenazah, dan saya hafal do'a yang beliau ucapkan: "ALLAHUMMAGHFIR LAHU WARHAMHU WA 'AAFIHI WA'FU 'ANHU WA AKRIM NUZULAHU WA WASSI' MUDKHALAHU WAGHSILHU BILMAA`I WATS TSALJI WAL BARADI WA NAQQIHI MINAL KHATHAAYAA KAMAA NAQQAITATS TSAUBAL ABYADLA MINAD DANASI WA ABDILHU DAARAN KHAIRAN MIN DAARIHI WA AHLAN KHAIRAN MIN AHLIHI WA ZAUJAN KHAIRAN MIN ZAUJIHI WA ADKHILHUL JANNATA WA A'IDZHU MIN 'ADZAABIL QABRI AU MIN 'ADZAABIN NAAR

(Ya Allah, ampunilah dosa-dosanya, kasihanilah ia, lindungilah ia dan maafkanlah ia, muliakanlah tempat kembalinya, lapangkan kuburnyak, bersihkanlah ia dengan air, salju dan air yang sejuk. Bersihkanlah ia dari segala kesalahan, sebagana Engkau telah membersihkan pakaian putih dari kotoran, dan gantilah rumahnya -di dunia- dengan rumah yang lebih baik -di akhirat- serta gantilah keluarganya -di dunia- dengan keluarga yang lebih baik, dan pasangan di dunia dengan yang lebih baik. Masukkanlah ia ke dalam surga-Mu dan lindungilah ia dari siksa kubur atau siksa api neraka)." Hingga saya berangan seandainya saya saja yang menjadi mayit itu.

2. Melaksanakan wasiatnya selama wasiat tersebut tidak memerintahkan kemaksiatan terhadap Allah swt dan tidak bertentangan dengan hukum syariat, sebagaimana firman Allah swt :

كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ إِن تَرَكَ خَيْرًا الْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ وَالأقْرَبِينَ بِالْمَعْرُوفِ حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِينَ


Artinya : “Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Baqoroh : 180)

Imam Bukhori meriwayatkan dari Ibnu 'Umar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Mendengar dan taat adalah haq (kewajiban) selama tidak diperintah berbuat maksiat. Apabila diperintah berbuat maksiat maka tidak ada (kewajiban) untuk mendengar dan taat".

3. Menghubungkan tali silaturahim orang tua anda yang telah meninggal serta berbuat baik kepada tema-teman dan kerabatnya.

Imam Muslim meriwayatkan dari 'Abdullah bin 'Umar bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya kebajikan yang utama ialah apabila seseorang melanjutkan hubungan (silaturrahim) dengan keluarga sahabat baik ayahnya."
Didalam hadits ini terdapat keutamaan menghubungkan silaturahim kawan-kawan ayah yang telah meninggal, berbuat baik dan memuliakan mereka.

4. Bersedekah atas namannya

Kaum muslimin telah bersepakat bahwa sedekah mengatasnamakan orang yang sudah meninggal maka hal itu akan sampai kepadanya, sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhori dari 'Aisyah bahwa ada seorang laki-laki berkata, kepada Nabi Shallallahu'alaihiwasallam: "Ibuku meninggal dunia dengan mendadak, dan aku menduga seandainya dia sempat berbicara dia akan bersedekah. Apakah dia akan memperoleh pahala jika aku bersedekah untuknya (atas namanya)?". Beliau menjawab: "Ya, benar".

Walahu A’lam

sumber : eramuslim.com

CARA BERBAKTI PADA ORANG TUA

Kasih anak sepanjang galah, kasih orang tua sepanjang masa. Peribahasa itu terkadang ada benarnya. Ketika seorang anak telah melepas masa kanak-kanak, banyak yang merasa sudah menjadi diri sendiri dan tak merasa butuh lagi orang tua. Terlebih ketika sudah mandiri, menikah dan hidup mapan. Tak sedikit yang lantas abai dengan orang tua. Apalagi bila tinggal jauh dari kedua ayah ibu.

Padahal, sebagai anak, apapun posisi dan status kita, tetaplah punya kewajiban untuk berbakti kepada orang tua sepanjang masa. Bagaimana caranya? Berikut ini ada beberapa hal yang termasuk bukti birul waidain (bakti) kita pada keduanya:

1. Mencintai sepenuh hati

Pandanglah orang tua penuh kecintaan. Menurut Ibnu Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda: “Seorang anak yang memandang kepada orang tuanya dengan pandangan cinta, akan dicatat Allah seperti amalan orang yang naik Haji Mabrur” (R. Ar-Rafi’I dalam sejarah Kaspi dan oleh al-baihaqi dalam Syu’abil Iman)

2. Bersikap lemah lembut.

Orang tua berhak diperlakukan yang terbaik. Karena itu, jagalah perkataan dan perilaku kita dihadapan orang tua. Jangan sekalipun menyakiti hati mereka, baik dari perkataan maupun perbuatan kita. “Dan ucapkanlah kepada ibu-bapakmu perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang, dan doakanlah: ”Wahai Robbku, kasihanilah keduanya seperti keduanya telah mendidik aku di waktu kecil.” (TQS Al-Isra: 23-34)

3. Minta Izin

Ada waktu-waktu khusus dimana anak harus izin ketika akan masuk kamar orang tua. Hal ini untuk menghormati privacy beliau. “Dan apabila anak-anakmu sudah mencapai usia baligh, maka haruslah mereka meminta izin padamu (untuk masuk), seperti halnya orang-orang sebelum mereka” (QS An-Nur ayat 59). Sementara itu, ketika keluar rumah, khususnya bagi Muslimah wajib pula mendapatkan izin orang tua bila belum menikah.

4. Berdiri menyambut ibu-bapak

Kata Siti Aisya Ra : Saya tidak pernah melihat seseorang yang paling serupa dengan Rasulullah mengenai ketenangan, keagungan dan kecerahannya kecuali Siti Fathimah binti Rasul. Apabila ia datang mengunjungi Rasulullah SAW beliau bangkit menyongsongya, mencium dan mempersilahkan sang putri duduk di tempat duduk beliau. Begitu pula jika Nabi SAW datang mengunjungi buah hatinya, Fatimah bangun menyongsong beliau, mencium dan mempersilahkan duduk di tempat duduknya. (R Abu Daud dan At-Turmudzi)

5. Menjaga nama baik orang tua

Tingkah laku anak cermin bagi orang tuanya. Jangan sampai anak berbuat maksiat dan mencoreng malu orang tua. Bila orang tua yang bermaksiat, nasihatilah. Tutupilah aib orang tua, bukan mengumbarnya menjadi bahan rumpian.

6. Bersilaturahmi dengan teman ibu-bapak

Hormati dan hargai teman-teman orang tua, sekalipun bisa jadi dalam hati kita tidak sreg dengan kepribadian beberapa dari mereka. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnnya bakti anak yang paling utama adalah hubungan baik si anak dengan keluarga kawan baik ayahnya” (R. Muslim).

7. Berziarah ke makam ibu-bapak, jika telah meninggal dunia

Abu Hurairah Ra. Seorang sahabat Rasul yang banyak hafal hadits berkata, Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang berziarah ke kubur kedua orang tuanya atau salah seorang dari keduanya pada tiap hari Jum’at maka dosanya akan diampuni Allah dan ia dinyatakan sebagai seorang anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya”. (R. At-Thabrani dalam Al-Ausath).[] kholda

Sumber : Tablodi Media Umat Hal. 25 Rubrik “Muslimah”

http://www.facebook.com/group.php?gid=112260277746

Renungan : Masih adakah RIDHA ALLAH dalam percintaan kita??#2

Kita mencicipi manisnya tebu cinta yang belum sah untuk dirasai dan tak bisa menanamnya kembali untuk masa depan yang terbentang didepan kita.

Kata Ust Anis Matta: “ selama pacaran, mereka berfikir sedang berusaha untuk saling memahami..padahal hakikatnya bukan itu yang terjadi…kenyataannya mereka berusaha untuk tampil lebih baik dari yang sebenarnya. Sehingga setiap kali berbicara, sebenarnya mereka sedang menyebunyikan diri masing-masing. Mereka sedang membuat iklan untuk menggoda pembeli. Karena takut bila pelanggan tidak puas, akhirnya ia akan ditinggalkan..”



Sayang sekali, yang dibangun bukan perbaikan diri, tetapi ‘proses penopengan’ diri alias kita bukan menjadi diri sendiri.

Kita nampak berbeda waktu dekat dengannya, namun berbeda pula saat berada sendiri dirumah. Inilah yang bahaya untuk perkembangan keperibadian kita.



Sering kita mengadu masalah dengan si dia, baik kecil atau besar. Tapi mengapa ya, sampai sesetia itu bantuannya walaupun masih tidak ada ikatan? Bersiaplah engkau untuk menjadi orang yang tidak mampu menyelesaikan masalah jika semua perkara engkau gantungkan padanya, pada si dia yang juga lemah seperti dirimu. Sungguh rasa ketergantungan itu berbahaya sahabatku!



“Terimalah aku apa adanya…” itu alasan paling klise saat merasakan indahnya masa pacaran. Sebuah kalimat sakti yg menjadi jurus andalan saat menaklukkan hati si dia. Akhirnya engkaupun melaju berpacaran dengan konsep ‘saling memahami’. Kerana keterbukaan, mengharuskan kita untuk saling menumpahkan keluh kesah, mencurahkan isi hati, dan memberi perhatian. Untuk apa curhat masalah padanya,kalau bukan untuk mencari perhatiannya..? Yang benar adalah curhatkan masalahmu kepada Allah. Paling tidak curhatkan kepada sahabatmu sesama akhwat. Bukan kepada orang lain selain mahrammu.



Ustad Fauzil ‘Adhim berkata: “ Cara untuk belajar menjadi isteri yang baik hanyalah dari suami. Cara untuk menjadi suami yang baik hanyalah melalui isteri. Tidak bisa melalui PACARAN ! Pacaran hanya mengajarkan bagaimana menjadi pacaran terbaik, bukan suami atau isteri terbaik..”.

CAMKANLAH ITU SAUDARA DAN SAUDARIKU..!!



Pacaran sudah merasakan bumbu (penyedap) yang seharusnya mereka gunakan untuk menyedapkan kehidupan rumah tangga. Saling mencurahkan, berbagi, meredakan kegelisahan, memberi perhatian…semua sudah..pandangan kasih nan sayu, sentuhan fisik, sandaran atau pelukan, berpegangan, sentuhan mesra….semua sudah diperbuat. Jika hal itu semua sudah dilakukan selama berpacaran, Lalu apa lagi nikmat yang ada yang perlu disyukuri setelah pernikahan? TIDAK ADA ! yang ada adalah dia sudah menjadi barang bekas, meskipun itu bekasmu sendiri.



Kalau engkau menikah dan pernah pacaran, engkau akan membandingkan pacaran dengan pernikahan. Dan pasti pacaran itu lebih indah kerana pacaran memang mencari yang indah-indah saja. Apa ada lagi yang lain..?

Ketika pacaran, engkau hanya melihat kebaikan yang ada pada si dia saja. Maka bila sudah menikah, engkau akan membuat perbandingan antara isterimu dengan waktu pacaran dulu sebab engkau hanya melihat sifat baiknya saja ketika pacaran.



Cinta tidak lagi menjadi energi yang mendorong produktivitas amal dunia-akhirat, tapi menjadi beban yang memberati jiwa untuk bebas berbakti dan beramal.

Mudahnya kita bisa mengatakan bahwa kita mencintai dia karena Allah semata. Betapa ringan kita menulis “uhibbuki fillah ya ukhti", atau "ukhti..aku mencintaimu karena Allah.." bla..bla..bla dan lain lain lengkap dengan tetek bengeknya. ehemmmm...



Bandingkan jika engkau mengucapkan cintamu sekarang (belum masanya), tetapi ternya Allah tidak menghendaki dirimu berjodoh dengannya, bukankah hanya sakit hati yang akan kau rasa?

Engkau meyakini sepenuh hati bahawa Allah pasti menjodohkan dia dengan engkau, lalu bukannya meminta yang terbaik dalam istikharahmu, tetapi benar-benar ‘menyuruh’ atau 'mendikte' Allah. Pokoknya, mesti dia Ya Allah.. pokoknya harus dia..! Kalau bukan dia gak mau !

Maka engkau meminta dengan ‘paksa’, lalu Allah Yang Mha Baik pun akhirnya memberi juga padamu yang kau minta itu. Maka yakinkah kamu Allah memberikan dengan kelembutan atau melemparnya dengan kemarahan karena niatmu yang sudah terkotori..? Maka bersiaplah untuk menggigit jari dan menghadapi murkaNya kelak.



Cinta yang sehat mengajarkan kecerdasan, kematangan emosi, ketenangan hati dan kedewasaan berfikir. Ia mengajarkan kesabaran menahan syahwat, atau membingkainya dalam ikatan suci yang diridhoi Allah..insyaAllah.

Bukan cinta yang hanya mencari kesenangan dunia semata, yang hanya mengenal peluk cium dan gandeng mesra.



Cinta yang tidak sehat hanya akan melahirkan insan yang tidak lagi khusyuk karena hati selalu teringat kekasih. Mata yang mencuri pandang atau pun saling menatap.

Sekecil apapun pelanggaran itu, ia tetap menjadi identitas dosa.



MUHASABAH..!

Baiklah, selesai sudah entah berapa banyak nikmatnya berpacaran sebelum pernikahan itu engkau lalui dan nikmati. Jadi, apa yang tersisa sekarang? Di mana nikmat yang Allah janjikan akan lebih baik dan penuh kebahagian tersebut pada saat hubungan haram berubah menjadi halal dengan nama ‘pernikahan’ itu, jika semuanya telah dilakukan seenak-enaknya sebelum berlaku ikatan halal tersebut..???



Engkau telah bermesra-mesraan sekian lama sebelum itu, jadi dimana lagi kemesraan selepas perkawinan? engkau telah merasakan nikmatnya saling peluk-pelukan sebelum itu , jadi dimana lagi nikmatnya selepas pernikahan? engkau telah merasakan suasana saling berdua-duaan tentang cerita bahagia dan derita, maka apa lagi yang akan engkau sampaikan pada suami atau istrimu dikamar pengantin selepas perkawinan? SUDAH HABISLAH SEMUA. Yaa..Habis sudah karena semua sudah dirasakan sewaktu berpacaran dulu, mana nikmatnya semua itu setelah engkau habiskan sehabis mungkin sebelum pertalian halal dengan jalan yang penuh dengan liku-liku dosa..???

Pikirkanlah itu saudara dan saudariku..pikirkanlah..!!





Barakallhufikum..semoga menjadi renungan dan motivasi yang bermanfaat

Wassalam..

------------------------------------

- Bidadari Angin Timur -
http://www.facebook.com/group.php?gid=454418125633

Listen Al Quran Audio

http://listen-alquran.blogspot.com/2007_06_01_archive.html

Ancaman Kepada Manusia Yang Angkuh dan Sombong

Duhai saudara-saudariku tercinta yang membenci sifat angkuh dan sombong…

Adalah benar bahwa sifat angkuh dan sombong telah banyak mencelakakan makhluk ciptaan Allah ta’ala, mulai dari peristiwa terusirnya Iblis dari sorga karena kesombongannya untuk tidak mau sujud kepada Nabi Adam alaihis salam tatkala diperintahkan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk sujud hormat kepadanya.

Demikian juga Allah ta’ala telah menenggelamkan Qorun beserta seluruh hartanya ke dalam perut bumi karena kesombongan dan keangkuhannya terhadap Allah subhanahu wata’ala dan juga kepada sesama kaumnya.

Allah subhanahu wa ta’ala juga telah menenggelamkan Fir'aun dan bala tentaranya di lautan karena kesombongan dan keangkuhannya terhadap Allahsubhanahu wata’ala dan juga kepada sesama kaumnya, dan karena kesombongannya itulah dia lupa diri sehingga dengan keangkuhannya dia menyatakan dirinya adalah tuhan yang harus disembah dan diagungkan.

Kehancuran kaum Nabi Luth alaihis salam juga karena kesombongan mereka dengan menolak kebenaran yang disampaikan Nabi Luth alaihis salam agar mereka meninggalkan kebiasaan buruk yaitu melakukan penyimpangan seksual, atau memilih pasangan hidup mereka sesama jenis (homosex), sehingga tanpa disangka-sangka pada suatu pagi, Allah ta’ala membalikkan bumi yang mereka tempati dan tiada satu pun di antara mereka yang bisa menyelamatkan diri dari adzab Allah yang datangnya tiba-tiba.

Sungguh masih banyak kisah lain yang bisa menyadarkan manusia dari kesombongan dan keangkuhan, kalaulah mereka mau mempergunakan hati nurani dan akalnya secara sehat.

Mengapa manusia tidak boleh sombong? Sebab manusia adalah makhluk yang lemah. Pantaskah makhluk yang lemah itu bermega-megahan dan sombong di hadapan Penguasa langit dan bumi? Namun fenomena dan realita yang ada masih banyak manusia itu yang lupa hakikat dan jati dirinya, sehingga membuat dia sombong dan angkuh untuk menerima kebenaran, merendahkan orang lain, serta memandang dirinya sempurna segala-galanya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, telah menjelaskan tentang bahayanya sifat kesombongan dan keangkuhan, sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah Bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu , dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :

"Tidak masuk surga siapa saja yang di dalam hatinya ada sedikit kesombongan, kemudian seseorang berkata: "(ya Rasulullah) sesungguhnya seseorang itu senang pakaiannya bagus dan sandalnya bagus", Beliau bersabda: "Sesunguhnya Allah itu Indah dan Dia menyenangi keindahan, (dan yang dimaksud dengan) kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan melecehkan orang lain" (HR. Muslim)

Imam An-Nawawi rahimahullah berkomentar tentang hadits ini, "Hadits ini berisi larangan dari sifat sombong yaitu menyombongkan diri kepada manusia, merendahkan mereka dan menolak kebenaran". (Syarah Shahih Muslim 2/269).

Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata, "Orang yang sombong adalah orang yang memandang dirinya sempurna segala-galanya, dia memandang orang lain rendah, meremehkannya dan menganggap orang lain itu tidak pantas mengerjakan suatu urusan, dia juga sombong menerima kebenaran dari orang lain". (Jami'ul Ulum Wal Hikam 2/275)

Raghib Al-Asfahani rahimahullah berkata, "Sombong adalah keadaan/kondisi seseorang yang merasa bangga dengan dirinya sendiri, memandang dirinya lebih utama dari orang lain, kesombongan yang paling parah adalah sombong kepada Rabbnya dengan cara menolak kebenaran (dari-Nya) dan angkuh untuk tunduk kepada-Nya baik berupa ketaatan maupun dalam mentauhidkan-Nya.” (Umdatul Qari` 22/140).

Nash-nash Ilahiyyah banyak sekali mencela orang yang sombong dan angkuh, baik yang terdapat dalam Al-Qur`an maupun dalam As-Sunnah.

1. Orang yang sombong telah mengabaikan perintah Allah subhanahu wa ta’ala, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya :

"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri (angkuh)." (QS. Luqman {31}:18)

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, menjelaskan makna firman Allah subhanahu wa ta’ala: (Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia) dia berkata: "Janganlah kamu sombong dan merendahkan manusia, hingga kamu memalingkan wajahmu ketika mereka berbicara kepadamu." (Tafsir At-Thobari 21/74)

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan Firman Allah subhanahu wa ta’ala, ”Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh”, maksudnya janganlah kamu menjadi orang yang sombong, keras kepala, berbuat semena-mena, janganlah kamu lakukan semua itu yang menyebabkan Allah murka kepadamu". (Tafsir Ibnu Katsir 3/417).

2. Orang yang sombong menjadi penghuni neraka.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, "Katakanlah kepada mereka: Masuklah kalian ke pintu-pintu neraka jahannam dan kekal di dalamnya, maka itulah sejelek-jelek tempat kembali." (QS. az-Zumar {39}: 72)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Tidak akan masuk surga siapa saja yang di dalam hatinya terdapat sedikit kesombongan." (HR. Muslim)

Dalam hadits lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Maukah Aku beritakan kepada kalian tentang penghuni surga? Para shahabat menjawab: tentu (wahai Rasulullah), lalu beliau berkata: "(Penghuni surga adalah) orang-orang yang lemah lagi direndahkan oleh orang lain, kalau dia bersumpah (berdo'a) kepada Allah niscaya Allah kabulkan do'anya, Maukah Aku beritakan kepada kalian tentang penghuni neraka? Para shahabat menjawab: tentu (wahai Rasulullah), lalu beliau berkata: "(Penghuni neraka adalah) orang-orang yang keras kepala, berbuat semena-mena (kasar), lagi sombong". (HR. Bukhori & Muslim)

3. Orang yang sombong pintu hatinya terkunci & tertutup.

Sebagaimana Firman Allah subhanahu wa ta’ala, "Demikianah Allah mengunci mati pintu hati orang yang sombong dan sewenang-wenang" (QS. al-Mu’min {40}: 35).

Imam Asy-Syaukani rahimahullah berkata, "Sebagaimana Allah mengunci mati hati orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah maka demikian juga halnya Allah juga mengunci mati hati orang yang sombong lagi berbuat semena-mena, yang demikian itu karena hati merupakan sumber pangkal kesombongan, sedangkan anggota tubuh hanya tunduk dan patuh mengikuti hati". (Fathul Qodir 4/492).

4. Kesombongan membawa kepada kehinaan di dunia & di akhirat.

Orang yang sombong akan mendapatkan kehinaan di dunia ini berupa kejahilan, sebagai balasan dari perbuatannya, perhatikanlah firman Allah subhanahu wa ta’ala, "Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di dunia ini tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaanku.” (QS. al-A’raaf {7}: 146)

(Maksudnya) yaitu Aku (Allah) halangi mereka memahami hujah-hujjah dan dalil-dalil yang menunjukkan tentang keagungan-Ku, syari'at-Ku, hukum-hukum-Ku pada hati orang-orang yang sombong untuk ta'at kepada-Ku dan sombong kepada manusia tanpa alasan yang benar, sebagaimana mereka sombong tanpa alasan yang benar, maka Allah hinakan mereka dengan kebodohan (kejahilan). (Tafsir Ibnu Katsir 2/228)

Kebodohan adalah sumber segala malapetaka, sehingga Allah sangat mencela orang-orang yang jahil dan orang-orang yang betah dengan kejahilannya, sebagaimana firman-Nya, "Sesungguhnya makhluk yang paling jelek (paling hina) di sisi Allah ialah orang-orang yang tuli dan bisu yang tidak mengerti apapun (jahil).” (QS. al-Anfaal {8}:22).

Maksudnya Allah subhanahu wa ta’ala menghinakan orang-orang yang tidak mau mendengar-kan kebenaran dan tidak mau menutur-kan yang haq, sehingga orang tersebut tidak memahami ayat-ayat-Nya yang pada akhirnya menyebabkan dia menjadi seorang yang jahil dan tidak mengerti apa-apa, dan kejahilan itulah bentuk kehinaan bagi orang-orang yang sombong.

Dan orang yang sombong di akhirat dihinakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dengan memperkecil postur tubuh mereka sekecil semut dan hinaan datang dari segala penjuru tempat, hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :

"Orang-orang yang sombong akan dihimpunkan pada hari kiamat seperti dalam bentuk semut-semut kecil dengan rupa manusia, dari segala tempat datang hinaan kepada mereka, mereka digiring ke penjara neraka jahannam yang di sebut Bulas, di bagian atasnya api yang menyala-nyala dan mereka diberi minuman dari kotoran penghuni neraka". (HR. Tirmizi & Ahmad, dihasankan oleh Syekh Al-Albani dalam Al-Misykat)

Wahai saudara-saudariku tercinta rahimakumullaah…

Dengan merenungi nash-nash Ilahiyyah diatas, semoga karunia Allah ta’ala beserta kita, dan dapat menjauhkan kita dari sifat angkuh dan sombong. Allahumma aamiin…

Billaahit-taufiq wal hidayah,Wassalamu’alaykum wr.wb.
http://www.facebook.com/group.php?gid=193609951056