Senin, 27 September 2010

~The Best Story Of True Love In The World: “Catatanku Untuk Wanita Pemilik Rumah Permata”~

"...Di hari pernikahan, ijab kabul tengah berkumandang. Lengkaplah sudah kebahagiaan yang menyelimuti sepasang kekasih. Sempurnalah mekar indah pucuk asmara. Telah tiba saatnya biduk harus berlayar di samudera kehidupan. Terhempas sudah karang-karang penantian yang bertengger di taman hati.

Adakah jalinan yang indah selain jalinan dan untaian tali pernikahan?

Adakah letupan-letupan cinta yang lebih menenteramkan hati sepasang muda-mudi selain dalam ikatan ini?

Adakah hubungan yang lebih menabung kebaikan selain hubungan sah secara syar’i?

Aduhai, kami telah tertampar. Kami tertampar pedas oleh pena kami sendiri agar bersegara menyempurnakan separuh din. .


>>Saatnya Mengayuh Biduk di Samudera Kehidupan. . .

Dan wanita itu pun benar-benar menunjukkan dirinya sebagai wanita yang piawai me-menage perasaan dan alur lalu lintas permasalahan yang mungkin menyerang masing-masing pasangan. Ia tunjukkan sayang nan cinta kepada pangeran hatinya. Kami dapati bahwa ia adalah wanita dengan mata air kasih yang bercucuran penuh keseejukkan, penuh kelembutan dan kebaikan.

Dialah kekasih hati yang menjadi tumpahan berkeluh kesah. Dialah sosok yang nyaman sebagai sandaran bagi sang suami kala raga begitu letih mengarungi dunia luar rumah sekaligus gelanggang dakwah. Sungguh begitu agung nan mulianya wanita ini. Cara pandangnya luas dengan visi yang jauh ke depan. Begitu membantu sang suami dari segi harta maupun spirit.

Suaminya pun adalah orang pilihan yang telah ditetapkan Allah. Kami dapati bahwa dia adalah lelaki yang agung nan mulia pula. Begitu banyak ujian yang lelaki ini alami hingga menjadikan sedih dan gulana. Begitu banyak cercaan dan siksaan yang ia hadapi dari orang-orang yang amat membencinya. Begitu banyak makar dan propaganda untuk membunuhnya. Dan memang demikianlah sunatullah bagi orang-orang yang menyebarkan agama Tuhannya. Akan selalu ada badai yang siap menghantam perjuangan di jalan keimanan.

Ia menyaksikan darah mengalir. Ia menyaksikan pedang terlalu sering beradu. Ia menyaksikan jasad-jasad terbujur kaku. Kami dapati lelaki itu mengalami beberapa kemenangan dan pula kekalahan. Ia saksikan kawan-kawannya terbunuh.

Dialah lelaki yang menebarkan wewangian pesona agama kita yang mulia. Dialah sosok yang tiada pamrih. Tiada ingin dipuja atau dipuji. Dialah sumber kebaikan. Duh, mata pena kami berkaca dan bergetar menuliskan tentangnya.

Pantas saja Allah telah menganugerahkan wanita mulia nan brbudi luhur teruntuk lelaki itu. Allah mempersatukan dua kemuliaan untuk memenangkan agama-Nya di muka bumi.

Allahu akbar. .

Allahu akbar…

Begitu mulianya dua insan itu.

Pena kami kembali membulirkan air matanya karena kemuliaan mereka.
Wahai pena. Kabarkanlah bahwa kami begitu rindu untuk bertemu.


>>Telah Tiba Saatnya Berpisah. . .

Kami kabarkan kembali bahwa wanita kita ini adalah nikmat Allah yang besar bagi sosok lelaki itu. Mereka arungi bahtera cinta selama seperempat abad. Telah berlalu sejuta kenangan. Wanita itu menghibur kecemasan suaminya, memberikan dorongan di saat-saat paling kritis, menyokong penyampaian risalah Tuhannya dan selalu membela pujaan hatinya dengan jiwa, raga dan hartanya.

Telah tiba saatnya kita akan berpisah dengan wanita berbudi luhur itu. .

Telah tiba saatnya wanita itu harus meninggalkan sang kekasih karena malaikat maut sedang melaksanakan titah Rabb-Nya..."

____________

[ tulisan di atas adalah kutipan catatan kami. karena keterbatasan tempat, kami tidak menuangkan secara lengkap untuk anda semua.. tanpa mengurangi rasa hormat dan santun kami, anda semua bisa mampir di notes kami untuk membaca kelengkapan kisahnya di

http://www.facebook.com/note.php?note_id=461471824125 . .

sebuah kisah nyata yang insya Allah bertabur hikmah ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar