Jumat, 01 Oktober 2010

ASAL USUL ZIONIS (PART 2)

Gerakan ini mengadakan kampanye ke seluruh dunia. Kaum Yahudi
mencetak buku-buku yang kelihatannya ilmiah yang menyatakan jika
sebenarnya Tanah Palestina adalah tanah yang dijanjikan Tuhan kepada
bangsa Yahudi. Buku-buku ini disebar ke seluruh negeri.
Bahkan kitab
suci orang Kristen pun diberi catatan kaki yang banyak yang seluruhnya
menjadikan ayat-ayat Injil sebagai dukungan bagi berdirinya negara
Israel di Palestina.
Scofield adalah orang yang ditugaskan untuk memberi ribuan catatan
kaki pro-Zionistik di dalam Injil versi James yang menjadi Injilnya
orang-orang Barat. Berbagai kelompok kajian alkitab disusupi dan
menjadikan orang-orang Eropa yang tadinya memusuhi Yahudi menjadi kini
banyak yang menjadi pendukung negara Israel.
Di dalam masa-masa itulah Hertzl menemui Sultan Abdul Hamid II
sebagai Khalifah dari kekhalifahan Turki Utsmaniyah (1876-1909). Dengan
segala bujuk rayu, Hertzl berusaha agar Sultan mengizinkan oarng-orang
Yahudi mendirikan negara Israel di Palestina.
Jika Sultan bersedia,
maka para pemilik modal Yahudi di seluruh Eropa akan memulihkan kas
keuangan Turki Utsmani yang sedang kosong. Namun Sultan menolak
mentah-mentah hal ini sehingga Zionis-Yahudi menghancurkan Turki
Utsmaniyah lewat seorang agen Yahudi dari Tsalonika bernama Mustafa
Kamal Pasha.
Hertzl menggelar Kongres Zionis Internasional I di Swiss sebagai
upaya penyatuan sikap tokoh Zionis Dunia. Salah satu hasil kongres
berbunyi:
“Zionisme bertujuan untuk membangun sebuah Tanah Air bagi
kaum Yahudi di Palestina yang dilindungi oleh undang-undang.” Theodore
Hertzl terpilih sebagai pimpinan gerakan ini dan menulis dalam buku
hariannya, “Kalau saya harus menyimpulkan apa hasil dari kongres Bassel
itu dalam satu kalimat pendek, yang sungguh tidak berani saya ungkapkan
kepada masyarakat, saya akan berkata: ‘Di Bassel saya menciptakan
negara Yahudi!’”
Protocolat of Zion yang berisi 24 strategi
Zionis-Yahudi menguasai dunia juga disahkan menjadi agenda bersama.
Selain menghancurkan kekhalifahan Turki Utsmani, Yahudi
Internasional juga bekerja siang-malam mempersiapkan segala hal untuk
bisa mewujudkan cita-citanya. Pada 2 November 1917, Menlu Inggris, Lord
Arthur James Balfour, mengirim sebuah surat yang ditujukan kepada
Pemimpin Komunitas Yahudi Inggris, Rothschild, untuk diteruskan kepada
Federasi Zionis, yang berisi pemberitahuan tentang persetujuan
pemerintahan Inggris yang telah menggelar rapat Kabinet tanggal 31
Oktober 1917, atas permintaan bangsa Yahudi untuk bisa mendapatkan
tanah Palestina.
Saat itu, sebagian terbesar wilayah Palestina masih berada di bawah
Khilafah Turki Utsmani, hanya saja kekhalifahan ini sudah diambang
kehancuran. Batas-batas yang akan menjadi wilayah Palestina telah
dibuat sebagai bagian dari Persetujuan Sykes-Picot, 16 Mei 1916, antara
Inggris dan Prancis.
Kata-kata Deklarasi ini kemudian digabungkan ke dalam perjanjian
damai Sèvres dengan Turki Utsmani dan Mandat untuk Palestina.
Penyebutan Palestina sebagai satu-satunya nominator tempat berdirinya
negara Yahudi sebenarnya memiliki catatan yang panjang. Awalnya ada
sejumlah tempat yang dianggap bisa menjadi tempat berdirinya negara
Yahudi di Afrika dan Amerika Selatan, seperti Mozambique, Kongo,
Afrika, Uganda, bahkan Argentina dicalonkan pada 1897, Cyprus pada
1901, Sinai pada 1902, dan atas usulan pemerintahan Inggris, Uganda
diusulkan kembali pada 1903.
Penyebutan tempat-tempat tersebut mendapat tentangan keras dari para
Rabbi Yahudi Konservatif. Apa yang digalang oleh Hertzl dan kelompok
Zionisnya dianggap sebagai gerakan sekularis yang menunggangi agama
Yahudi. Bahkan dalam Kongres Para Rabbi di Philadelphia-AS, pada akhir
abad ke-19, salah satu putusannya adalah menentang adanya satu negara
Yahudi yang dipaksakan.

Menurut kelompok Rabbi Konservatif ini, Zionisme merupakan gerakan
sekuler yang berlandaskan Talmud, sebuah kitab iblis, dan bukan Taurat
Musa. Bagi para Rabbi, negara Yahudi akan didirikan pada akhir zaman,
yakni ketika Sang Messias Yahudi muncul dan memimpin orang-orang Yahudi
untuk mendirikan negaranya di Palestina.
Bagi kalangan Zionis, berdirinya negara Yahudi tidak harus menunggu
kedatangan Messias di akhir zaman, hal ini malah harus dilakukan
secepatnya guna menyambut datangnya Messias. Inilah titik tolak
perbedaan pandangan antara Yahudi Zionis dengan Yahudi Anti Zionis yang
sekarang ini salah satu kelompoknya adalah Neturei Karta dan juga
International Jews Anti Zionist (IJAN).
Dr. Chaim Weizmann, jurubicara organisasi Zionisme di Inggris dan
pendukung utama Zionisme merupakan seorang pakar kimia yang berhasil
mensintesiskan aseton melalui fermentasi. Aseton diperlukan dalam
menghasilkan cordite, bahan eksplosif yang sangat berguna dalam semua
persenjataan Inggris. Jerman diketahui telah memonopoli ramuan aseton
kunci, kalsium asetat.
Tanpa kalsium asetat, Inggris tak bisa menciptakan aseton dan tanpa
aseton takkan ada cordite. Jadi, tanpa cordite, Inggris saat itu
mungkin akan kalah dalam Perang Dunia I. Sebab itu, Inggris sangat
berhutang budi pada Yahudi, khususnya kepada Weismann. Inilah mengapa
Inggris begitu mendukung kaum Yahudi untuk mendirikan negara di
Palestina.
Pada 14 Mei 1948 Israel sebagai sebuah negara dideklarasikan dan
David Ben Gurion diangkat sebagai PM pertama. PBB mensahkan negara
Israel. Langkah PBB ini membuktikan kepada dunia jika lembaga
internasional tersebut mendukung penjajahan bangsa Palestina yang
dilakukan oleh Zionis Israel. Berdirinya Israel didahului upaya teror,
pembunuhan, dan pengusiran terhadap bangsa Palestina, pemilik sah atas
Tanah Suci tersebut.


Sumber : Era Muslim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar